Kerajaan Fiktif Antara Imajinasi, Kondisi Sosial Politik & Ekonomi

logo

Oleh : Jan Suharwantono
Ketua PC HIKMAHBUDHI jakarta utara

Melihat fenomena akhir-akhir ini dengan bermunculan kerajaan2 fiktif yang di lakukan oleh sekelompok masyarakat, fenomena ini muncul tidak menutup kemungkinan didasari oleh berbagai motif seperti untuk mengeruk keuntungan dengan tampa kaidah etis,romantisme masa lalu sebagai kanalisasi terhadap kondisi sosial politik yang tidak menguntungkan bagi mereka maupun hanya untuk mencari sensasi yang meresahkan dan merugikan masyarakat,

tentunya kita mendukung langkah langkah pemerintah untuk menertibkan dan menindak hal hal semacam itu, kemudian para pemimpin bangsa, tokoh masyarakat maupun pemuka agama harus memberikan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat sehingga tidak tergoda hal-hal menyimpang yang melanggar hukum, yang di barengi dengan negara harus lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial,karena terlepas dari berbagai teori sosial dan psikologi yang ada pada intinya ketika orang mengalami fatalisme di dalam hidup,Tetapi tetap mempunyai harapan perubahan maka muncul hal2 semacam ini.

Harus di akui fenomena ini juga menunjukan bahwa sebagian masyarakat kita mengalami yang namanya Wannabe syndrome yaitu garis tipis antara obsesi dan fantasi yang berkaitan erat dengan situasi psikis seseorang, di barengi dengan situasi ekonomi yang sulit, beban hidup yang berat, maka pelariannya mencari mimpi untuk mewujudkan kemakmuran semu, dimana munculnya fenomena sosial yang utopis berarti sebuah khayalan yang berharap akan masa depan lebih makmur, cepat kaya tanpa bekerja keras, yang biasanya dimunculkan oleh orang yang mengalami delusi keagungan (grandiose delusion),

Bacaan Lainnya

kemudian fenomena ada bebarapa masyarakat yang meniru gaya militer,polisi atau pejabat karena terobsesi oleh gaya nya, rakyat yang bermimpi bisa hidup dengan gaya dan kemewahan secara instan, seperti para pemimpin negeri, elite partai, dan orang kaya yang hanya mengambil dan memeras rakyat akhirnya tergelincir dalam dunia imajinasi dan tipu-tipuan. inilah fakta kejiwaan kolektif yang masih mengakar kuat pada sebagian bangsa kita.

Dalam masyarakat primitif manusia memproduksi sendiri dalam memenuhi keinginannya,tapi dengan adanya peradaban,munculah diferensiasi fungsi ; pertukaran dan interaksi muncul, perdagangan juga bermunculan, maka pada akhirnya muncullah hubungan komersial, atas semua ini manusia menciptakan UANG, adalah keanehan jika demi UANG manusia kembali ke periode primitif.
Begitulah kira2 sitiran sejarawan Charles Beard dalam bukunya “the rise of american civilization,1927 “

Terakhir masyarakat harus lebih cerdas dan bijak dalam menyikapi fenomena ini,memperbanyak literasi dan tidak mudah percaya dan terpengaruh oleh berita berita bohong maupun tindakan yang tidak rasional,kemudian pemerintah dalam hal ini tidak hanya reaktif terhadap hal hal semacam ini tapi lebih fokus dan serius lagi dalam menyelesaikan masalah besar bangsa ini seperti korupsi,pelanggaran HAM,keadilan dan kesejahteraan masyarakat, karena menindak sekelompok rakyat kecil yang di penuhi delusi tidak sebanding dengan menindak para pejabat yang merampok uang rakyat.

logo redaksi Jakarta terbaru

Pos terkait