Srupuuut Kopi dan Sekilas Sejarah Bangsa (moment Tanggal 01 Oktober)

Oleh : Virgianto

Hari Kopi Internasional (1 Oktober 2015),
Mencium aroma secangkir kopi panas dipagi hari membuat kenikmatan tersendiri bagi para pengemar minuman tersebut, terlebih diawali dengan sruputtan pertama…hemmm pasti sedap sekali, serasa hidup ini penuh dengan semangat yang mengairahkan. Minuman kopi memang mempunyai rasa yang enak, Indonesia mendapat julukan “surganya kopi dunia”, dengan keanekaragaman citarasa yang spesifik. Mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT hingga Papua, kopi dari masing-masing daerah ini mempunyai aroma yang khas karena dipengaruhi oleh iklim setempat dan juga sifat genetik varietasnya. Yukk kita lihat sejarah awal kopi di Indonesia.

Menilik sejarah kopi dimana pada jaman Utsmani dipertengahan tahun 1500-an, masyarakat Arab mempunyai peranan yang sangat besar dalam menyebarkan minuman berenergi ini. Dalam konteks perdagangan dijaman tersebut, bangsa Arab mengandalkan salah satu komoditas rempah-rempah yang sangat tinggi peminatnya dan didalam produk tersebut ada biji kopi.

Karena begitu menguntungkannya hasil rempah-rempah terutama biji kopi maka ottoman selama periode itu memberlakukan hak monopoli penuh atas ekspor dan penanaman biji kopi, adapun racikan kopi yang paling terkenal adalah Mocha yang dipercaya berasal dari Negeri Yaman. Tetapi karena ada kebutuhan supply dan demand yang tinggi bagi negara-negara yang membutuhkan biji kopi, walau ada larangan dari Ottoman di tahun 1536 terhadap kompetitor yang ingin meraup keuntungan dari hasil penjualan biji kopi tersebut, sayangnya biji kopi ini tetap lolos keluar dari pengawasan Ottoman. Sehingga varietas biji kopi yang dapat lolos keluar melalui jalur illegal ini dinamakan kopi Arabica atau arabika.

Bacaan Lainnya

Rentang waktu dari tahun 1601 – 1700 M atau di abad ke 17 bangsa Eropa mulai membudidayakan biji kopi dan mengembangkan perkebunannya sehingga meluas dan tersebar ke penjuru dunia sampai ke negara Amerika yang pada akhirnya meruntuhkan dominasi bangsa Arab dalam hal produksi kopi. Seiring sejalannya bangsa Eropa keliling dunia dalam hal mengembangkan misi perdagangan untuk mencari rempah-rempahan di negara-negara Asia Timur, dan negara Belandalah yang membawa biji kopi berjenis Arabika ke Nusantara (yang sekarang bernama Indonesia) pada tahun 1696 dari Gubernur Belanda di Malabar India yang kebetulan Bapak mertua dari Gubernur Jendral bernama Joan Van Hoorn bertugas di Batavia (sekarang Jakarta) selaku penerima biji kopi pertama. Lalu ditanamlah bibit biji kopi dilahan pribadi Gubernur VOC, awalnya bibit ini berhasil ditanam di Batavia tetapi gagal karena pengaruh iklim banjir yang mengakibatkan gagal panen.

Lalu diputuskanlah pemindahan penanaman bibit kopi ke dataran yang lebih tinggi dengan udara yang lebih dingin. Pada tahun 1711 salah satu kepala daerah Bupati Cianjur Raden Aria Wiratanudatar berhasil menyerahkan sekita 400kg kopi dari wilayah kekuasaanya kepada Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) didirikan pada tahun 20 Maret 1602 sebagai persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki hak monopoli aktivitas perdagangan di Asia dan bumi Nusantara dimasa itu.

Secara mengejutkan kopi yang berasal dari tanah Jawa ini membuahkan hasil dan diterima dipasar Eropa sehingga mendapatkan predikat a high grade coffee. Dan selama 10 tahun kedepan membudidayakan perkebunan kopi tepatnya tahun 1726 kopi dari tanah Jawa ini diminati bangsa Eropa sehingga menggeser pengaruh kopi Mocha dari Yaman yang terlebih mendominasi disana. Karena kopi ini berawal mula dari tanah Jawa maka orang-orang Eropa mengenalnya sebagai “Java Coffee”, yang akhirnya menjadi sebuah legenda disana sampai-sampai bangsa Eropa menyebut kopi dengan sebutan Java, Belanda pun mendapatkan keuntungan banyak dari penjualan kopi ini. Bahkan Belanda menguasai perdagangan kopi dunia mengalahkan kompetitornya dari negara Brazil, Kolumbia dan Venezuela. Setelah keberhasilan di tanah Jawa VOC melebarkan sayap perkebunannya ke Sumatra Utara, Aceh, Bali, Sulawesi dan Papua dan hampir semua perkebunannya ada di daerah dataran tinggi dengan kesuburan tanah dan cuaca yang baik.

Alhasil kopi Nusantara menghasilkan jenis kopi yang mendunia sampai Pascakemerdekaan tiba tahun 1945 dan semua perkebunan eks.VOC dinasionalisasikan oleh Pemerintah Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia setelah berdaulat penuh, mempunyai kendali dalam hal menghasilkan dan mengekspor kopi ke berbagai negara didunia.

Predikat Belanda sebagai pengekspor kopi terbesar dunia pada akhirnya luntur dengan sendirinya sebagaimana sejarah awalnya bangsa Arab menguasai produksi kopi Mocha. Adapun jenis kopi Indonesia yang mendunia adalah; kopi Jawa Prenger, kopi Aceh Gayo, kopi Sumatra Mandheling, kopi Lampung, Kopi Lintong, Kopi Kintamani Bali, kopi Kalosi Toraja, kopi Papua dan satu lagi yang terkenal akan kemahalannya didunia yaitu kopi Luwak.

Hasil berdasarkan sidang International Coffee Organization (ICO) pada maret 2014 disepakati 1 Oktober menjadi International Coffee Day atau hari kopi sedunia, selanjutnya hari kopi internasional diresmikan dikota London, Inggris pada 2015 sementara itu 1 oktober 2015 dijadikan perayaan pertama acara tersebut. ICO merupakan organisasi antar pemerintah untuk menyatukan ekspor impor kopi dunia.

Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober 1965)
Bagi kita yang masih diberikan kehidupan sampai dengan era sekarang perlunya mengenang dan menceritakan ke generasi-generasi berikutnya perihal sebuah sejarah bangsa Indonesia, karena menurut Marcus Tullius Cicero (106-43M) seorang filsuf Romawi mengatakan, “Historia est testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis,” sejarah adalah tanda zaman, cahaya kebenaran, kehidupan ingatan, guru kehidupan, utusan zaman purba. Maka pesan legendaris yang didapat dari tokoh Filsuf Romawi ini adalah sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam, karena peristiwa sekecil apapun akan terekam serta membawa pesan dimasa yang akan datang.

Momentum hari Kesaktian Pancasila ini memang tidak lepas dari sejarah panjang pertarungan ideologi bangsa di negara kesatuan Republik Indonesia. Diawali dengan gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ingin merubah cara pandang bangsa Indonesia sehingga menyebabkan jatuh korban 6 perwira tinggi dan 1 perwira menengah dari tubuh ABRI (sekarang TNI).

Dan para korban pembunuhan dibuang di lokasi Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai lubang buaya, jenazah ditemukan pada tanggal 3 Oktober 1965. Hari Kesaktian Pancasila diatur dalam surat keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tertanggal 17 September 1966 (Kep.977/9/1966). Dimana dalam surat tersebut, peringatan 1 Oktober harus dilakukan TNI Angkatan Darat. Dimasa pemerintahan orde baru, melalui surat keputusan Presiden Republik Indonesia Jendral Soeharto tanggal 27 September 1967 nomor 153/Tahun 1967 tentang peringatan 1 Oktober sebagai hari Kesaktian Pancasila yang diberlakukan upacara dan pengibaran bendera merah putih setengah tiang oleh seluruh komponen masyarakat tanpa kecuali selama orde baru dan berdiri tegak monumen Pancasila Sakti dikawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur serta masih diperingati hingga saat ini.

Dibalik peristiwa Kesaktian ini memiliki makna penting bahwa Pancasila adalah dasar negara yang tidak boleh dirubah oleh siapapun dan dijadikan sebagai kebangkitan bagi kita semua untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang cenderung memudar ditengah era digital ini. Kontribusi pemerintah pada era orde baru memberikan legitimasi dan menguatkan kembali marwah Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa Indonesia dan menutup paham selain dari Pancasila. Peringatan ini juga bisa diartikan sebagai bagian kewaspadaan kita dari bahaya laten semua gerakan yang selalu merongrong Ibu pertiwi.

Pada akhirnya generasi sekarang melihat Kesaktian Pancasila sebagai sebuah gerakan moral untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya sebuah nilai-nilai kebenaran. Karena kebenaran tidak hanya dimiliki penguasa atau kelompok tertentu sehingga dibutuhkan rasa keadilan sosial ditengah setiap permasalahan yang terjadi. Akhir-akhir ini kita disuguhan oleh peran lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap salah satu pimpinan wakil ketua DPR RI atas dugaan korupsi yang dilakukannya, disisi lain kita melihat gerakan Badan Eksekutif Mahasiswa seluruh Indonesia berdemo di depan gedung KPK dengan tuntutan pembatalan pemecatan 57 pegawai KPK yang tidak lolos test wawasan kebangsaan.

Dua kejadian tersebut memberikan gambaran akan sebuah perjuangan penegakkan kebenaran dan keadilan, KPK selaku lembaga antirasuah yang sedang menjalankan fungsinya sebagai penegakan hukum dalam hal pemberantasan korupsi dan memberikan dukungan partisipasi publik untuk membentuk masyarakat bebas korupsi, begitupun 57 pegawai KPK yang akan diberhentikan dari kedinasannya sehingga memunculkan gerakan dari masyarakat yang diserap aspirasinya melalui BEM SI untuk mencari sebuah keadilan.

Ini baru dari satu instasi yang memunculkan dua kasus tersebut, belum lembaga-lembaga lain yang mempunyai permasalahan-permasalahan bangsa yang semakin kompleks, secara sadar kita sedang menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila adalah sebuah bukti sejarah bangsa Indonesia yang tangguh menjadi bangsa besar dan memberikan ruang demokrasi bertumbuh dalam satu bingkai ideologi Pancasila.

Tidak selamanya Sejarah kelam berakhir pahit Dan tidak selamanya kopi itu terasa pahit Kedua-duanya jika diramu dengan rasa manis Akan menjadikan kehidupan berasa lebih dinamis dan romantis.

Sumber :

  • Wikipedia.org
  • Coffindo Indonesia
  • Buku Kopi Prawoto Indarto
  • rri.co.id
  • nationalgeographic.grid.id

Pos terkait