PP PERISAI Dukung AM Sangadji Jadi Pahlawan Nasional

Foto: Chandra Halim

Jakarta, – Pimpinan Pusat Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PP PERISAI) melalui Chandra Halim selaku ketua umum sekaligus ketua bidang pemberdayaan organisasi serumpun Syarikat Islam, menyatakan dukungannya untuk A.M Sangadji agar ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Adapun beberapa organisasi Syarikat Islam, antara lain Serikat Sarjana Muslimin Indonesia (SESMI), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI), Serikat Pelajar Muslimin Indonesia (SEPMI), Pemuda Muslimin, Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI) dan beberapa lainnya.

Perlu diketahui, Abdoel Moethalib Sangadji (lahir di Rohomoni, Haruku, Maluku Tengah, Maluku, 3 Juni 1889 – meninggal di Yogyakarta, 1947) lebih dikenal dengan nama A. M. Sangadji dan dijuluki Jago Tua adalah pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia.

Beliau lahir di Pulau Haruku tepatnya di Negeri Rohomoni yang masyarakatnya dikenal menjunjung tinggi adat dan agama, berasal dari keluarga Sangadji Hatuhaha. Sangadji sendiri merupakan gelar untuk wakil Kesultanan Ternate pada masanya di Pulau Haruku(Nusa Hatuhaha).

Bacaan Lainnya

Memulai mengenyam pendidikan dasar pada Sekolah Belanda HIS dan dilanjutkan dengan pendidikan menengah MULO. A.M. Sangadji yang tidak sempat melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi kemudian memilih terjun dalam dunia politik.

Bersama Oemar Said Tjokroaminoto dan beberapa pejuang sejamannya seperti H. Agoes Salim turut andil dalam mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam Pada tahun 1912, A.M Sangadji juga pernah berpartisipasi sebagai peserta dalam Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 di jakarta. Dikenal piawai dalam berpidato dan memiliki mobilitas tidak hanya di Maluku tempat asalnya, tapi juga pernah berkiprah di Borneo, terlebih lagi di Jawa. Pada tahun 1920-an, di Samarinda Kalimantan Timur, A.M Sangadji mendirikan Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rakjat (BPPR) serta mengelola Neutrale School untuk menampung anak-anak sekolah dari kalangan bumiputera. Setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Abdoel Moethalib melakukan perjalanan dari Samarinda ke Banjarmasin untuk bertemu dengan pemimpin BPRI, menyebarkan berita kemerdekaan bangsa Indonesia di daerah yang dilalui, dan megibarkan bendera Sang Saka Merah Putih.

Oleh para pejuang kemerdekaan sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, A.M. Sangadji disebut sebagai pemimpin tua dan dijuluki Jago Tua, seperti diwartakan dalam beberapa surat kabar di ibu kota Republik, Hindeburg Kalimantan, serta Merdeka Solo. Pihak Kolonial Belanda dan Jepang pun tahu tentang kedudukan dia sebagai pemimpin tua itu. Pada bulan April 1946 polisi Belanda berhasil menangkap A.M. Sangadji dan memenjarakannya di penjara Banjarmasin.

Selepas keluar penjara Banjarmasin, A.M. Sangadji menyeberang ke pulau Jawa. Ia kemudian memimpin Laskar Hisbullah yang berpusat di Yogyakarta dan pernah menugaskan R. Soedirman untuk membentuk Laskar untuk daerah Martapura dan Pelaihari, serta Tamtomo sebagai penghubung Markas Besar Hisbullah Yogya untuk Kalimantan. Akan tetapi, ia kemudian tewas ditembak militer ketika Agresi Militer Belanda I di Yogyakarta tahun 1947.

Diakhir video yang diterima tim redaksi, Chandra Halim menyampaikan pesan kepada Bapak Joko Widodo selaku Presiden RI agar sekiranya turut mendukung A.M Sangadji selaku Pahlawan Nasional.

“Kami meminta kepada pemerintah, khususnya kepada Presiden RI agar tokoh dari Maluku yaitu A.M. Sangadji untuk menjadi Pahlawan Nasional, karena kita tahu persis selama ini telah banyak berkontribusi terhadap negeri ini” Tutupnya.

Kontributor : Imad

Pos terkait