Lentera Studi Pemuda Indonesia Optimis Polisi Siber Mampu Tangkap Hacker Bjorka

Redaksi Jakarta – Koordinator Nasional Lentera Studi Pemuda Indonesia (LSPI) Dinal Gusti tanggapi fenomena kebocoran data yang baru-baru ini meneror masyarakat Indonesia.

Menurutnya, aksi peretasan yang dilakukan oleh hacktivist (perpaduan hacker dan aktivis) bernama Bjorka tidak bisa dibenarkan atas nama apapun.

Selain itu, Dia juga meminta masyarakat untuk menyikapi fenomena peretasan yang dilakukan Bjorka dengan tenang.

“Dugaan peretasan data pribadi hingga data negara yang dipelopori oleh seorang hacktivist bernama Bjorka itu jelas tidak bisa dibenarkan atas nama apapun,” kata Dinal kepada Pers, di Bogor (12/9).

Bacaan Lainnya

“Menyikapi hal itu, kami harap masyarakat tetap tenang dan tidak perlu panik. Karena menurut Kominfo, data yang diduga telah diretas Bjorka–hanyalah data umum dan bukan data khusus dan rahasia,” bebernya.

Lebih lanjut, Dinal meminta masyarakat khususnya para pengguna media sosial untuk bijak dan kritis menyikapi fenomena hacktivist bernama Bjorka.

“Berdasarkan beberapa cuitannya, kita bisa mencium aroma politik yang sangat pekat. Intensinya adalah membuat kegaduhan melalui sejumlah informasi yang diduga sensitif itu,” ungkapnya.

“Untuk itu kita harus cermat, bijak dan kritis menyikapi hal itu. Jangan sampai kita terhasut dan terbelah oleh propaganda yang disebarkannya di media sosial,” kata Dinal.

Sementara itu, Sekretaris LSPI Deni Wahyudi meminta kepada aparat Kepolisian untuk segera menghentikan Kejahatan Cyber (Cybercrime) yang dilakukan Bjorka.

Deni bahkan menduga, orang yang bersembunyi di balik nama Bjorka adalah orang Indonesia yang memiliki intensi politik untuk mengadu domba sesama anak bangsa.

“Kita berharap Polri melalui Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) mampu segera menangkap orang yang bersembunyi di balik nama Bjorka itu,” kata Deni dalam keterangan persnya, di Depok, (12/9).

“Kita berkeyakinan, Bjorka adalah warga Indonesia yang berintensi membuat kegaduhan. Pasalnya, dia cukup familiar dengan sejumlah isu yang beredar di tengah masyarakat kita,” cetusnya.

“Tidak hanya itu, bahasa Inggris yang digunakan Bjorka pun terlihat agak janggal bila dicermati. Cara dia menyusun kalimat tidak seperti seorang native pada umumnya,” ungkapnya.

Meskipun serangan Siber terus meningkat dari tahun ke tahunnya, Deni menilai masyarakat perlu mendapatkan informasi terkait cara mengamankan data pribadi serta informasi hukum yang mendasari.

“Serangan Siber di era yang sangat terbuka dan canggih ini memang sulit sekali untuk dibendung. Fenomena ini pasti dialami oleh banyak negara di dunia,” ungkap Deni.

“Dalam hal ini, kita tidak bisa mengandalkan kekuatan Pemerintah semata untuk mengantisipasi hal tersebut. Perlu kesadaran bersama untuk melindungi data atau informasi pribadi,” tegasnya.

Sebagai penutup, Deni berpesan agar informasi yang berkaitan dengan hukum pemanfaatan media sosial harus terus ditingkatkan dan dimasifkan di masyarakat.

“Informasi yang berkaitan dengan aturan atau hukum tentang pemanfaatan media sosial harus ditingkatkan dan dimasifkan. Hal ini perlu agar masyarakat kita tidak terjerembab pada kejahatan Siber,” tutupnya.

Pos terkait