Optimalisasi Peran Ibu Berbasis Modal Sosial dan Kultural: Perempuan Berdaya, Indonesia Berjaya

Presidium MAJELIS NASIONAL FORHATI MASA BAKTI 2022-2027

Redaksi Jakarta – Saat ini, tema inti dalam isu perempuan, Ibu, dan keularga adalah tentang: ketahanan keluarga. Uraian perkara ketahanan keluarga ini, berpatok pada sistem hubungan (relasi) antara bebeberapa hal. Yakni di internal keluarga, antara Bapak, Ibu, dan Anak. Interaksi d pihak eksternal, keluarga dengan tetangga, komunitas, sekolah, tempat kerja, dan kelompok masyarakat. Terakhir hubungan timbal balik antara keluarga dengan lapis infrastruktur sosial politik, yaitu dengan kebijakan negara, aturan hukum, lingkungan bisnis (pekerjaan), juga keadilan sosial.

Tiga faktor di atas menjadi penentu terhadap lahirnya daya tahan atau ketahanan keluarga. Praktek di lingkungan rumah yang harmonis, saling mendukung, komunikasi dialogis, serta semua unsur keluarga berperan optimal, bisa dipastikan lahir keluarga sejahtera, memiliki daya dukung untuk mengatasi beragam problem yang hadir.

Berikutnya, lingkungan sosial dan kultural di sekitar yang guyub, penuh toleransi, rendah kriminalitas, serta memiliki tradisi tolong menolong, juga berpengaruh terhadap kehidupan unit keluarga. Di level ini, kita menemukan berbagai fakta menarik, bahwa meski dalam kondisi keterbatasan ekonomi, namun jika lingkungan sosial kultural harmonis dan saling bantu, maka daya tahan keluarga menjadi kuat.

Fakta Menarik

Bacaan Lainnya

Di dunia intrenasional, pernah lahir sebuah fakta unik dan menarik. Tentang sebuah kelompok masyarakat lokal yang mayoritas miskin, kesulitan nafkah, kekurangan fasilitas hidup, namun mereka mampu mengatasi problem hidup secara bersama-sama. Kisah komunitas ini, terjadi di sebuah daerah miskin di Karala, India. Diangkat dalam sebuah cerita novel berjudul Anand Naghar (Negeri Bahagia).

Bukti lain, di tanah air, juga terjadi. Sebuah komunitas adat, di pedalaman Kabupaten Lebak (atau Banten Kidul), terserak berbagai kelompok yang disebut Kasepuhan Banten Kidul. Paling menunjul adalah komunitas yang menetap di kaki Gunung Kendeng, Desa Kanekes, perkampungan Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana (Baduy Tangtu atau Baduy Dalam).

Di sana masih ada kehidupan yang alami, menghormati aturan kokolot (warisan leluhur), tidak takluk oleh modernisme dan teknologi, serta yang paling penting: komunitas itu hidup bahagia. Apa ukurannya?

Hanya di sana kepolisian setempat memiliki data O persen terhadap kriminalitas. Kalaupun terjadi pencurian atau pernah juga terjadi penipuan, maka pelakunya adalah orang luar. Masyarakat dan keluarga di sana tak mengenal kacamata, karena penglihatan normal tak terganggu polusi, radiasi HP, dan gangguan televisi. Mereka terbebas dari berbagai penyakit yang umum terjadi pada kita. Dan paling penting, untuk lima belas tahun ke depan, meskipun misalnya selalu terjadi gagal panen dan paceklik, mereka tak akan kelaparan.

Lantaran memiliki sistem penyimpanan padi yang baik. Yakni menempatkan padi di sebuah gudang khusus atau leuit, yang isinya hanya boleh dikonsumsi sesama mereka, tak boleh dijual. Hebatnya, cara mereka membuat leuit, yang berbentuk panggung, menggunakan bahan-bahan dari hutan, bebas dari hama tikus, dan gabah tak akan berbau.

Modal Sosial Kultural

Secara singkat, kita bisa memperluas perspektif, bahwa ketahanan keluarga, tidak mutlak ditentukan faktor ekonomi dan kapital. Melainkan juga daya dukung lingkungan dan kultur. Semua ini juga tentu berpengaruh terhadap peran Ibu (dan kaum perempuan seumumnya). Sebagaimana yang telah dinarasikan di atas.

Diskusi tentang peran Ibu dan perempuan, tak boleh mengabaikan soal modal sosial kultural yang sempat diulas di atas. Modal sosial ini adalah nilai-nilai bersama, saling percaya, saling dukung, seraya menghadirkan ikatan kebersamaan.

Perindividu, kaum perempuan dan Ibu, telah terbukti mampu berperan dan berkiprah di segala medan arena kehidupan. Mereka bukan lagi mahluk ke dua yang dianggap lemah (the second sex). Melainkan mahluk sederajat, punya potensi berkarya, memiliki kekuatan untuk tumbuh, dan membuktikan diri bermanfaat bagi publik luas.

Terlebih saat ini, kecanggihan teknologi serta kemajuan teknologi informasi digital, benar-benar menjadi sarana pendukung bagi lahirnya inovasi, prakarsa, dan inisiatif kaum perempuan dan Ibu, untuk mengaktualisasi selera, karya, hobi, dan inovasi mereka. Dengan imbal balik yang sepadan, yakni memperbanyak income dan pendapatan kaum Ibu dan perempuan.

Problem pelik yang kita hadapi dalam menghadirkan peran Ibu dan Perempuan guna memperkokoh daya tahan keluarga adalah justru terjadinya degradasi nilai.

Harmoni sosial, kehangatan interaksi antar tetangga, gangguan kriminalitas, meningkatnya keresehan, dan hidup dalam kompetisi sengit, justru menjatuhkan harga kebersamaan. Individualisme menjadi perusak tatatan.

Strategi Kebijakan

Lapisan luar yang berpengaruh terhadap peran Ibu dalam mengokohkan daya tahan keluarga adalah hadirnya peran negara. Arus utama kebijakan publik, penyediaan anggaran mencukupi, regulasi hukum yang memayungi, serta penguatan lembaga kerja, yang pro terhadap penguatan peran Ibu dan ketahanan keluarga, adalah faktor yang wajib hadir.

Sejauh ini, sejumlah pembelaan penting telah terjadi, termasuk di bidang politik. Gerakan politik afirmasi, yang kemudian lahir turunannya dalam Undang Undang Pemilu, yakni kuota 30% perempuan, membawa dampak signifikan, dengan lahirnya politisi perempuan di parlemen. Begitu juga dengan program PKH, yang telah dilaksanakan secara massif dan intensif, cukup mampu membantu keluarga, juga kaum Ibu dan perempuan terlibat di dalamnya.

Di bidang kesehatan juga telah terasa dampaknya. Yakni keberpihakan pemerintah dengan pelayanan kesehatan bagi kaum Ibu dan anak saat persalinan, serta di usia Balita.

Paling penting adalah komitmen politik, untuk menempatkan kebijakan dan program yang pro kaum Ibu dan memperkuat ketahanan keluarga.

Catatan pamungkas, kelompok sipil serta gerakan pro kaum Ibu dan Perempuan, wajib menelisik faktor-faktor sosial kultural, dalam memperkuat peran kaum Ibu dan perempuan, serta ketahanan keluarga. Dengan demikian, kebijakan serta strategi yang lahir, tidak terlalu terfokus pada satu titik saja, yakni masalah ekonomi.

Artikel Presidium MAJELIS NASIONAL FORHATIĀ MASA BAKTI 2022-2027

Pos terkait