Bersih-Bersih Kapolri Listyo Sigit. P, Wajah Baru Untuk Institusi Polri Humanis Dalam Konsep Presisi

(Foto Istimewah)

Redaksi Jakarta – Institusi Polri saat ini masih menjadi perhatian besar oleh masyarakat. Problem yang di hadapi oleh bapak kandung (Polri) rakyat Indonesia se-akan tidak ada habisnya. Penurunan kepercayaan publik terhadap institusi Polri pernah menyentuh di bawah 50 persen.

Indeks penurunan ini di sebabkan oleh kasus pembunuhan Brigadir Joshua Hutabarat oleh bekas Kadiv Propam Polro, Ferdy Sambo. Sambo bermula mengatakan bahwa kasus (skenario) pembunuhan tersebut di motifasi akibat pelecehan seksual yang di lakukan oleh Brigadir J atas istrinya Putri Candrawathi, namun dengan ketegasan Kapolri Listyo Sigit Prabowo, skenario Sambo akhirnya terbongkar dan telah di tetapkan menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan di rumah dinas Duren Tiga, Jakarta.

Ketegasan serta komitmen bersih-bersih institusi Polri oleh Listyo Sigit. P tidak berhenti hanya di situ. Belum lama ini, peristiwa peredaran narkotika jenis sabu yang libatkan eks Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Teddy Minahasa juga menjadi cikal-bakal sorotan tajam dari masyarakat untuk institusi Polri. Teddy Minahasa saat ini telah di adili oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat atas kasus bekerja sama dalam menawarkan, membeli, menjual dan menjadi perantara penyebaran narkotika.

Kecanggihan teknologi saat ini menjadi akses utama dan praktis dan di dapat secara bebas oleh masyarakat. Kultur masyarakat hari ini telah bergeser dari yang dulu minim akses menjadi bebas akses. Tagline tentang no viral no justice akhirnya menjadi budaya kritik masyarakat terhadap Polri demi mendapatkan keadilan. Suka tidak suka, Kapolri dan institusi harus menyerap setiap aspirasi melalui kanal sosial media saat ini.

Bacaan Lainnya

Publik hanya melihat apa yang viral. Cancle kutlur ini bisa di katakan sebagai tindak-tanduk merosotnya kepercayaan masyarakat atas institusi Polri. Padahal, ada sejumlah pengabdian anggota polri di pelosok daerah yang tidak pernah belum pernah terekspos dan di hiraukan oleh netizen. Contohnya anggota polri bernama Bripka Asrul Layali, anggota Bhabinkamtibmas Polsek Muara Lakitan Polres Musi Rawa yang menyempatkan waktunya untuk mengajarkan anak-anak mengaji di musala al muhajirin. kegiatan Bripka Asrul mengajar mengaji dilakukannya sebanyak tiga kali dalam seminggu, di samping melaksanakan patroli dialogis Bhabinkamtibmas bersama dengan anggota polsek lainnya.

Pengabdian polri lainnya adalah saat anggota polisi melakukan pengamanan dalam bentrokan massa yang terjadi antara Desa Bombai dan Desa Ohoi Elat, Maluku Tenggara. Dalam peristiwa itu 2 anggota polisi mengalami luka-luka karena tertancap anak panah. Peristiwa sempat viral di kanal sosial media namun tidak mendapat respon banyak dari publik, karena budaya cancle kultur yang telah jadi budaya netizen kita.

Dalam survei tingkat kepercayaan lembaga tinggi negara, Polri mendapatkan angka 62,4%. angka ini merupakan gabungan dari 5,8% responden yang sangat percaya terhadap Polri, dan 56,6% responden yang percaya kepada Polri.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mengatakan pada September 2022, tingkat kepercayaan publik ke Polri di angka 56% dan di bulan Oktober menjadi 57% lalu di bulan ini mengalami peningkatan menjadi 62,4%.

survei digelar pada 8-16 Desember 2022 dengan melibatkan 1.220 sampel responden yang diwawancarai secara tatap muka. Responden Charta Politika dalam survei ini berusia
minimal 17 tahun atau memenuhi syarat sebagai pemilih yang ditentukan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei ini +- 2,82%.

Komitmen Listyo Sigit. P dalam pembenahan institusi Polri yang lebih humanis harus di dukung secara bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat. Meningkatnya kembali kepercayaan ini merupakan bentuk keseriusan Kapolri dalam mendetakkan jantung Presisi agar terdengar oleh seluruh masyarakat Indonesia dan warganet.

Oleh : Fauzan Ohorella – Ketua Umum AMMI

Pos terkait