Indonesia Dorong Penguatan Kerja Sama Mineral Kritis

Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha (kanan) bersalaman dengan Menteri Industri dan Sains Australia, Ed Husic (kiri), Selasa (25/7/2023), di Jakarta (Foto: KemenluRI/Ist)

Redaksi Jakarta – Indonesia mendorong penguatan kerja sama sektor hilirisasi dan rantai pasok industri. Terutama pada produksi baterai kendaraan listrik, perubahan iklim, dan ketahanan pangan bersama Australia.

Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha menyampaikan, kedua negara memiliki potensi kerja sama produksi baterai kendaraan listrik (EV). Yakni dengan memanfaatkan cadangan nikel Indonesia dan lithium yang dimiliki Australia.

Wamenlu mendorong implementasi kerja sama antara Kadin dengan Pemerintah Australia Barat. Hal itu ditandatangani saat Pertemuan Tahunan para Pemimpin di Sydney Juli 2022.

Kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk membangun industri mineral kritis dan baterei kendaraan listrik yang bernilai tambah tinggi. Mineral kritis merupakan mineral masa depan yang dibutuhkan, mengikuti perkembangan teknologi untuk memperoleh energi yang lebih bersih.

Bacaan Lainnya

Wamenlu menyampaikan, kerja sama tersebut sejalan dengan prioritas hilirisasi industri menjadikan Indonesia bagian penting rantai pasok global. Beberapa BUMN Indonesia juga telah melakukan investasi di Australia, termasuk kerja sama antara Mind ID dengan BCI Minerals.

“Saya berharap, Indonesia juga dapat menjadi hub yang menghubungkan Australia dengan negara lain. Agar Indonesia dapat menjadi bagian dari supply chain industri masa depan,” kata Wamenlu dalam pertemuan dengan Menteri Industri dan Sains Australia, Ed Husic, Selasa (25/7/2023), di Jakarta.

Sementara, pertemuan juga membahas implementasi proyek kerja sama iklim dan ketahanan pangan antar kedua negara. Di bidang perubahan iklim, Wamenlu RI mendorong realisasi kerja sama carbon capture and storage di Arun, Aceh, sekaligus produksi dan distribusi blue hydrogen.

Lebih lanjut, Wamenlu RI juga mendorong kerja sama di bidang ketahanan pangan, termasuk ternak dan gula. “Salah satu kerja sama yang dapat dikembangkan adalah riset pengembangan bioethanol,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Menteri Ed Husic mengatakan, Australia dan Indonesia memiliki ambisi yang sama. Yaitu menurunkan emisi, meningkatkan lapangan kerja, dan menjadi powerhouse dalam manufaktur baterei.

Australia juga tengah menjajaki teknologi baterei lainnya yang lebih efisien. Bukan hanya untuk kendaraan listrik namun juga untuk industri komersial jangka panjang.

Pertemuan dengan Menteri Industri dan Sains Australia ini merupakan pertemuan pertama di tingkat Menteri yang dilakukan Wamenlu RI sejak menjabat. Sejalan dengan fokus tugas yang diberikan kepada Wamenlu RI, pertemuan banyak membahas mengenai peningkatan kerja sama ekonomi strategis kedua negara

Pos terkait