Dampak El Nino, Warga Jakarta Dikhawatirkan Defisit Air

El Nino

Redaksi Jakarta – Fenomena pemanasan suhu muka laut di kawasan selatan Samudra Pasifik atau yang biasa disebut El Nino mulai berdampak di Indonesia. Fenomena global ini menyebabkan kurangnya pertumbuhan awan, sehingga meningkatkan potensi kemarau.

Puncak fenomena El Nino di Indonesia, khususnya DKI Jakarta terjadi pada bulan Agustus-September. Potensi kebakaran gedung dan pemukiman dikatakan cukup tinggi akibat pengaruh El Nino. Kekeringan dan defisit air juga dikhawatirkan berdampak bagi warga Jakarta.

Menyikapi fenomena ini, Michael Sitanggang, Kasatpel Pengolahan Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta menerangkan kolaborasi BPBD dengan beberapa instansi di Pemprov DKI Jakarta dalam mempersiapkan mitigasi bencana.

“BPBD berkolaborasi dengan pihak stakeholder lain di Pemprov DKI. Kita sudah koordinasi dengan Dinas SDA, PAM Jaya, dengan Dinas Pertamanan dan dengan instansi lain. Bagaimana memitigasi menyiapkan sumber daya air karena ini yang perlu diantisipasi akibat dengan dampak kekeringan. Defisit air inilah yang nanti ditakutkan berdampak kepada warga Jakarta, khususnya bagi wilayah-wilayah yang belum terlayani jaringan air bersih oleh PAM Jaya,” ujar Michael dalam Dialog Interaktif Pro 1 RRI Jakarta bersama penyiar Vely Syukran, pada Rabu (2/8/2023).

Bacaan Lainnya

BPBD berkoordinasi dengan BMKG, BNPB dan TNI AU untuk membahas rencana diberlakukannya TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca). Namun, potensi krisis masih terhitung kecil, sehingga pemberlakuan TMC dianggap belum relevan. Ketika situasi sudah dianggap relevan, maka akan diberlakukan TMC dengan menabur garam (NaCl) di kawasan-kawasan yang akan diintervensi oleh TMC.

Selain itu, Michael menyebut diperlukan antisipasi dan kesiapsiagaan dari masyarakat dalam menghadapi dampak fenomena El Nino. Ia menghimbau masyarakat untuk bijak dalam menggunakan air bersih.

Pos terkait