Mendulang Benefit Elektoral dan Politik Cawapres Anies Baswedan

Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja (Ketua Umum DPP Relapena/Relawan Pengusaha Anies/jaket kuning tengah) mengikuti acara Jambore Relawan Anies di Padepokan Kalisoga, Brebes-Jateng.

REDAKSIJAKARTA.COM – Pada dasarnya hingga hari ini seluruh kekuatan politik masih dalam kegalauan dan ketidakpastian. Baik yang merepresentasikan kekuatan rezim maupun perubahan, hal ini dapat dimaklumi mengingat bahwa politik selalu didasari atas kepentingan siapa dan mendapatkan apa. Jambore ini perlu melahirkan keputusan bersama sebagai suatu usulan yang tidak mengikat kepada capres ABW  dalam menentukan Cawapresnya. (Bisa dalam kriteria maupun langsung usulan nama).

Curhatan Relawan

Kekuatan relawan ada pada militansinya, jika partai politik dan politisi mendasarkan langkahnya berdasarkan kepentingannya, maka relawan digerakkan oleh ketulusan karena adanya faktor pendorong yang dalam istilah bisnis adalah (need) dan itulah yang menjadi ruh semangat perjuangan relawan. Relawan politik sebenarnya fenomena relatif baru, tetapi bukanlah sesuatu yang asing dalam panggung politik nasional. Harus diakui fenomena politik kesukarelaan (political voluntarism) ini lahir dan hadir untuk menandingi kuatnya fenomena pragmatisme politik yang saat ini telah mendarah daging dan menjadi biangkerok korupsi di Indonesia.

Hasil survei berkala Litbang Kompas merekam, citra baik partai politik rata-rata masih di bawah 50 persen. Maka tidak heran jika kemudian munculnya fenomena relawan politik sebagai bagian dari antitesa dari kuatnya partai politik mendominasi kontestasi politik. Bahkan dominasi Ketua Partai dapat mengalahkan kekuasaan seorang Presiden, inilah catatan buram dalam praktek demokrasi kita. Sayangnya, Relawan seringkali dianggap tidak memiliki kontribusi riil, tidak punya nilai tawar, tidak dilibatkan dalam sistem pemenangan sehingga seringkali dianggap sebagai pendukung kelas dua meskipun rata-rata memiliki militansi yang melebihi  orang partai.

Bacaan Lainnya

Membuat  peta jalan bersama Relawan Anies

Jika targetnya adalah 57 %  suara nasional maka :

  1. 57 % dibutuhkan, modal ada 25 %, maka masih membutuhkan 32 % untuk mencapai kemenangan.
  2. Sebagai suatu usulan dan dorongan agar dapat menambah anggota koalisi Partai Politik pengusung perubahan yang memiliki insentif politik dan insentif elektoral terutama untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
  3. Pilih alternatif yang paling realistis terlepas dari soal dia bagian dari kekuasaan atau tidak, akan tetapi kita membutuhkan insentif elektoral yang riil di dua provinsi penentu kemenangan, Mas SS punya pengalaman kerjasama politik dengan Partai di Jateng.
  4. Kenapa harus Partai yang punya basis bukan Ormas ? karena Partai tersebut memiliki 2 benefit elektoral dan politik, sedangkan Ormas hanya mungkin mendapatkan sebagaian benefit elektoral.

Kemenangan 57% ABW  dan Kampanye

Angka Kemenangan 57 % Putaran Pertama adalah angka yang paling realistis untuk mendapatkan kemenangan, akan tetapi 57 % bukan hal yang mudah didapatkan, secara matematis  Lembaga Survey bahkan ada yang menyebutkan bahwa Anies tidak akan lolos di putaran kedua, tetapi politik bukanlah matematika. Ada kekuatan lain yang mampu membuat orang menang dan kalah yaitu kekuatan Tuhan “Qulillāhumma mālikal-mulki tu`til-mulka man tasyā`u wa tanzi’ul-mulka mim man tasyā`u wa tu’izzu man tasyā`u wa tużillu man tasyā`, biyadikal-khaīr, innaka ‘alā kulli syai`ing qadīr” Katakanlah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.Ali Imran Ayat 26-27).

Jawa merupakan kunci kemenangan, maka road map kemenangan harus dibuat khusus di Jawa. Sebagaimana diketahui bersama bahwa Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan basis kekuatan  Merah dan Hijau. Dalam strategi perang ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan, lumpuhkan kekuatan lawan jika mampu  melumpuhkannya, tetapi jika tidak mampu melumpuhkan maka jadikan dia teman dalam perjuangan.

Setidaknya hingga hari ini belum ada jaminan kepastian bahwa calon yang akan dihadapi adalah Ganjar dan Prabowo, politik masih bisa berubah, bagaimana jika diujung mereka bersatu, atau saat ini mereka sedang memainkan orkestra politik. Maka jika mampu memisahkan satu saja dari kekuatan mereka mungkin dapat mengubah alur orkestra yang dimainkan

Meskipun tidak ada calon petahana dalam Pilpres 2024 yang akan datang, tetapi dua kubu sudah terbentuk dalam masyarakat, tidak dapat dihindari lagi ini merupakan konsekwensi dari demokrasi yang dipilih. Kampanye menjadi ukuran wajah kandidat dalam hal ini adalah ABW, maka tampilan kampanye baik yang dilakukan oleh partai politik maupun relawan akan merepresentasikan sosok ABW, inilah yang harus difahami bersama. Maka dibutuhkan training khusus relawan sebagai penyambung ide, gagasan dan rekam jejak calon Presiden yang diusung.

Salam Perubahan dan Perbaikan.

 

 

Penulis : Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Paacasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol Universitas Indonesia, Direktur Heri Solehudin Center).

 

 

 

 

Pos terkait