Jika Diciptakan-Nya Hanya Adam dan Adam: Adakah Peradaban Dunia?

Oleh: Rozi, Akademisi Universitas Bangka Belitung

Redaksi Jakarta – Isu yang berkembang beberapa waktu lalu, adanya rencana pertemuan sejumlah aktivis LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) se-Asean di Jakarta yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 – 21 Juli 2023. Berita ini pun langsung direspons oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang meminta agar pemerintah melarangnya (Okezone: 11 Juli 2023). Pada akhirnya, pertemuan yang akan diselenggarakan akhir Juli kemarin batal digelar.

Pro dan kontra antar kalangan pun tak dapat dimungkirii. Mereka yang kontra memiliki pandangan bahwa LGBT sangat tidak dibenarkan karena bertentangan dengan norma Agama dan nilai Pancasila. Tidak hanya itu, secara kesehatan pun persoalan ini tidak dibenarkan dan LGBT dianggap masalah kejiwaan. Jauh dari itu, LGBT ini pun secara kesehatan dapat berdampak bagi pelakunya yaitu kanker mulut, kanker anal (dubur), meningitis, dan HIV/AIDS. Akan tetapi, bagi sebagian mereka yang pro berpandangan bahwa setiap manusia memiliki hak bebas berekspresi dan menyetujui adanya LGBT dengan dalih (alasan) kemanusiaan.

Meskipun demikian, di sini saya tidak akan berlarut mendiskusikan antara pro-kontra terhadap aktivis LGBT. Tulisan ini hanya sekadar ingin mendiskusikan, mengapa Tuhan menciptakan Adam (lelaki) dan Hawa (perempuan)? Lantas mengapa Tuhan tidak menciptakan Adam dan Adam atau Hawa dan Hawa saja? Kemudian, jika Tuhan hanya menciptakan Adam dan Adam, adakah peradaban dunia?.

Bacaan Lainnya

Diketahui bahwa manusia yang pertama kali diciptakan oleh Tuhan (baca: Allah SWT) yaitu Adam as. Sebagaimana kita pahami bersama bahwa Adam berjenis kelamin laki-laki. Penciptaan Adam ke dunia, awalnya ada diskusi antara Tuhan dan para malaikat-Nya. Ketika Tuhan hendak menciptakan Adam, para malaikat pun memberikan tanggapan bahwa hadirnya manusia di bumi akan menjadi pemicu adanya pertumpahan darah antar sesama mereka. Sedangkan mereka para malaikat, akan selalu taat kepada Tuhan. Akan tetapi, tidak ada satu pun makhluk yang mampu melawan kehendak-Nya. Lantas Tuhan pun menegaskan bahwa Aku (Allah) lebih mengetahui apa-apa yang tidak kalian ketahui.

Sungguh benarlah firman-Nya bahwa kita tak akan pernah lebih tahu dibandingkan Ia yang Maha Mengetahui segala sesuatu (bahkan yang tersembunyi sekalipun). Sehingga tidak lama kemudian Tuhan pun menciptakan seorang wanita yaitu Hawa sebagai pasangan untuk mendampingi Adam guna mengarungi kehidupan di permukaan bumi. Demikian ini agaknya selaras dengan Firman-Nya dalam surah An-Naba ayat 8: “wa kholaqnakum Azwaaja” artinya “Dan Kami telah menciptakan kamu berpasang-pasangan”. Ini menarik didiskusikan, mengingat Tuhan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan. Misalnya: ada siang, ada malam; tinggi-rendah; panjang-pendek; tinggi-rendah; bersih-kotor; lelaki-perempuan; dan lain sebagainya. Dari itulah, Tuhan menciptkan Hawa (berjenis: Perempuan) sebagai pasangan hidup Adam guna dapat memabantu Adam untuk bertugas membangun peradaban di permukaan bumi.

Sejatinya kehidupan ini sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah. Setiap makhluk pun diciptakan sesuai dengan jenisnya. Seperti halnya makhluk yang bernama manusia, selain diberikan bentuk yang sempurna juga dibekali dengan akal untuk berpikir, mana yang baik dan buruknya untuk dijalani. Selain itu, manusia juga memiliki nafsu (syahwat) dalam dirinya yaitu rasa yang berkeinginan untuk melakukan dan memiliki sesuatu. Nafsu ini ada yang baik ada pula yang buruk. Akan tetapi baik-buruknya nafsu manusia tergantung sejauh mana ia dapat memfilter dan mengontrol dirinya. Maka itu, manusia diberikan akal untuk berpikir agar dapat digunakan sebaiknya. Fungsi akal salah satunya dapat mengontrol diri dari nafsu (keinginan) yang dapat merugikannya. Sebagaimana pelaku LGBT, tentunya demikian itu dapat merugikannya baik dilihat dari segi kejiwaan dan kesehatan.

Salah satu mahfudzot (pribahasa) yang sering digaungkan oleh kaum santri yaitu: “Al-‘Aqlus Salim, fil Jismis Salim”, yang mana artinya: “Akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat”. Jika ditelaah dengan seksama maka dapat ditarik kesimpulan bahwa para pelaku LGBT selain berdampak dengan kesehatan, tentu juga berdampak dengan cara berpikir mereka. Ini dapat menjadi indikasi bahwa pelaku LGBT, tidak sehat badannya dan keliru juga cara berpikirnya.

Selain itu, lelaki dan perempuan memang sudah diciptakan sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Adapun tugas antara lelaki dan perempuan itu sama yaitu beranak-pinak dan berkuasa atas ciptaan yang lain. Dari itu, jika LGBT ini tetap dibiarkan maka dapat dipastikan bahwa tidak akan ada peradaban dunia. Sedangkan Allah SWT sudah memerintahkan hamba-Nya untuk menikah dengan pasangan yang diinginkan, sehingga dapat beranak-pinak nantinya dan dapat menjadi bagian dari sistem untuk menjaga peradaban dunia. Dari itu, sungguh tidak dapat dibayangkan jika Allah menciptkan Adam dan Adam, tentunya tidak akan pernah kita mengenal peradaban seperti saat ini. Namun, Allah sangat dan lebih mengetahui dari apa-apa yang telah Ia ciptakan, sedangkan kita tidak dapat melebihi mengetahui dari rencana-Nya.

Sebagai akademisi, saya berharap pemerintah dapat bertindak tegas dengan para pelaku LGBT. Ini bukan perkara kebebesan. Lebih dari itu, LGBT dapat merugikan pelakunya sendiri. Sehingga jika kita masih peduli, setidaknya kita melarang tegas para pelaku LGBT. Meskipun demikian, bagi yang kontra tidak boleh berlebihan melarang mereka dengan cara anarkis atau yang lainnya. Alangkah baiknya tetap memberikan binaan kepada mereka. Oleh karenanya, menurut hemat penulis hal ini bukan semata-mata tugas pemerintah atau instansi yang lainnya. Namun ini adalah tugas kita bersama sebagai rakyat Bangsa Indonesia yang selalu peduli dengan sesama.***

Pos terkait