Opini: Literasi Digital Sebagai Kunci Dalam Melindungi Ancaman Nyata Dunia Maya

Andi Maulana.

REDAKSIJAKARTA.COMTak bisa dipungkiri gelombang arus informasi masa kini begitu dahsyat sehingga berbagai informasi dengan sangat mudah dapat dijumpai, baik informasi dalam negeri maupun luar negeri. Tatkala informasi tersebut masuk dan dapat diakses dengan mudah seketika informasi yang masyarakat dapatkan juga sudah pasti bertambah, akan tetapi apakah informasi tersebut memiliki kebenaran atau kredibilitas belum tentu adanya.

Terlebih jika kita melihat kebebasan media digital yang ada saat ini, berbagai informasi yang disuguhkan dunia digital selalu memenuhi beranda media sosial dengan beragam isu, baik isu sosial, politik, agama, ekonomi dan ragam isu lainnya. Informasi-informasi semacam ini bukan tak layak untuk diakses namun pertanyaannya adalah bagaimana masyarakat mampu untuk menyaring atau memfilterisasi kebenaran dan kredibilitas dari informasi tersebut?

Bahkan seringkali berbagai konflik baik konflik antar individu maupun antar kelompok di sulut karena berawal dari ketidakjernihan masyarakat dalam mengakses informasi yang didapat dari dunia digital saat ini. Lantas, apa sebab hal ini begitu marak terjadi?

Jawaban atas pertanyaan di atas dapat dipahami jika kita melihat bagaimana kondisi atau keadaan masyarakat kita saat ini, kebebasan dunia digital bak tsunami yang melahirkan berbagai informasi, namun bencananya adalah informasi yang didapatkan tak diiringi dengan kebiasaan literasi di dalam masyarakat.

Bacaan Lainnya

Literasi menurut The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Berdasarkan survei Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Membudayakan literasi tersebut tentu merupakan suatu tantangan tersendiri di tengah gaya hidup informasi digital, yang membuat orang-orang semakin jauh dari kebiasaan membaca terutama membaca buku dalam bentuk tercetak. UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya satu yang gemar membaca.

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan persoalan literasi masih menjadi hal yang harus dibenahi di Indonesia. Padahal buku memegang peranan sangat vital bagi kehidupan manusia dari awal peradaban hingga kini yang sering disebut sebagai jendela dunia. Buku merupakan fondasi dasar bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan literasinya, tak terkecuali untuk cakap dalam literasi digital.

Literasi Digital Adalah Kunci

Literasi menjadi begitu penting karena dapat dilihat bahwa dalam literasi kita dibiasakan dan dibentuk dengan cara pandang yang lebih tajam dalam mengelola informasi. Pendek kata seseorang yang terbiasa membaca dan menulis akan memiliki naluri mencari dan mengelola informasi hingga akhirnya menemukan kebenaran yang hakiki dari informasi tersebut.

Selain itu, Literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman prasejarah hingga era digital saat ini. Perkembangan penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi dunia digital yang terwujud dalam internet merupakan perwujudan literasi digital, yakni penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi dalam mengakses, mengkaryakan, hingga mendistribusikan informasi. 

Di tengah derasnya arus informasi digital, kemampuan untuk memanfaatkan teknologi harus sebijaksana mungkin untuk menciptakan interaksi dan komunikasi yang positif. Literasi digital akan menghadirkan masyarakat yang memiliki pemikiran dan visi yang kritis dan kreatif. Dengan begitu, mereka tidak  mudah tertipu dengan hal-hal yang berbasis digital, seperti menjadi korban penipuan atau menjadi pelaku penyebaran informasi yang tidak benar.

Menurut UNESCO (2011), literasi digital adalah kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.

Literasi digital adalah kunci untuk melindungi ancaman dunia maya yang saat ini menjadi sangat konkrit kebenarannya. Terlebih, literasi digital telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat tersebut antara lain menunjang kegiatan pencarian dan pemahaman informasi, meningkatkan pemahaman pribadi, meningkatkan kemampuan individu dalam berpikir serta memahami informasi, dan meningkatkan penguasaan kosakata individu dari berbagai informasi bacaan, meningkatkan kemampuan berbicara individu, meningkatkan  konsentrasi pribadi, dan meningkatkan kemampuan individu dalam membaca, menyusun kalimat, dan menulis informasi.

Perlu ditekankan kembali bahwa literasi digital merupakan hal penting yang seharusnya dilakukan masyarakat. Namun masih banyak orang yang menganggap hal tersebut sangat membosankan dan tidak penting. Padahal, roda kehidupan akan berhenti karena kurangnya pemahaman dan informasi yang didapat.

Untuk membangun dan mengembangkan literasi digital di masyarakat, landasan yang harus diperkuat adalah kemampuan dasar membaca dan menulis yang erat kaitannya dengan kebiasaan membaca buku. Karena informasi dalam buku pasti lebih dapat dipercaya karena telah melalui beberapa prosedur penerbitan seperti penyuntingan dan perizinan.

Dengan terbangunnya literasi digital diharapkan akan tercipta tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis serta kreatif. Oleh karena itu, masyarakat tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif dan menjadi korban informasi hoaks atau korban penipuan yang berbasis digital.

 

Penulis: Andi Maulana (Anggota Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan).

Pos terkait