Nikmatnya Kopi Saktinya Pancasilaku [mengikat makna, melawan lupa]

Oleh:Virgianto,M.Pd 

Disebuah kedai kopi duduk beberapa anak–anak muda dan satu orangtua yang sedang berbagi cerita tentang kejadian dibulan Oktober tahun 1965 dimana disaat itu pasukan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat yang disingkat RPKAD sedang ditugaskan untuk mencari sejumlah perwira tinggi ditubuh TNI menghilang.

Sambil bercerita Bang Iwan pemilik kedai kopi berkeliling membagikan kopi dan gorengan singkong kepada pemesannya.

Ia sudah hapal betul bagaimana kopi kesukaan anak-anak muda yang biasa mangkal ditempatnya harus diracik.

Bacaan Lainnya

Ada yang memesan kopi pahit, tapi takaran kopi beda, ada pula yang pakai gula dan cara mengaduknya pun punya gaya sendiri-sendiri.

Cerita orangtua tersebut akhirnya berakhir dengan suasana yang mengharukan, kopi Bang Iwan mampu meredamkan hati yang pilu dari cerita sebuah sejarah Kesaktian Pancasila, sambil menghirup kopi dan mengunyah singkong goreng, anak–anak muda tersebut sepakat bahwa sejarah kelam yang pernah terjadi di negeri ini untuk tidak boleh terulang kembali dan sebagai pengingat bagaimana perjalanan Bangsa Indonesia dalam mempertahan kan Ideologi negara.

Dari sebuah kedai kopi kita bisa melihat sebuah dinamika masyarakat untuk saling bersilaturahmi, bercerita dan keberadaan kedai kopi pun berubah menjadi ruang publik untuk memupuk proses demokratisasi dan membangun peradaban.

Karena di kedai kopi ada sebuah tradisi untuk mencari pembicaraan dan membahas perkembangan

kondisi masa lalu maupun kekinian yang bersifat sosial, politik dan budaya.

Terkadang dengan bisa duduk bersama, berdiskusi dan bekerjasama mewujudkan mimpi sebagai anak bangsa akan muncul ide-ide kreatif dan gagasan yang bermanfaat melalui seruputan kopi.

Obrolan natural rakyat di kedai kopi bisa menjadi inspirasi dan aspirasi yang setidaknya terdengar dalam Gedung kura–kura (parlement) agar para anggota–anggota terhormat mengambil sebuah keputusan yang bijaksana sesuai dengan konstitusi.

Mengingat tesis seorang tokoh ahli politik,ekonom,geografi,dan sosiolog dari Jerman yaitu Maximiliam Weber Ia memberikan tesis tentang politikus harus menyadari bahwa politik Ist Beruf und Berufung, politik adalah tugas jabatan dan panggilan hidup.

Tetapi menurut filsuf dari Inggris Aldous Leonard Huxley adalah seorang penulis, yang menggambarkan jika politik itu tidak dilakoni secara baik, maka para politikus hanya akan menjadi apa yang dikatakannya sebagai political merchandiser, pedagang politik, dimana yang dipentingkan adalah keuntungan pribadi.

Lembaga-lembaga politik pun dijadikan sebagai medan transaksi dan komersialisasi politik. Hal inilah yang kemudian menggugurkan tesis Maximiliam Weber tadi.

Banyak terjadi kasus korupsi yang ada di lembaga legislatif atau DPR, Politik tidak lagi menjadi tugas jabatan dan panggilan hidup, tetapi hanya sekedar mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya.

Maximiliam Weber membuat tesis tersebut pada hakikatnya bukan tanpa makna. Ia sebenarnya sedang memberikan harapan pada sosok politikus sejati diberbagai strata dan lembaga politik.

Politikus sejati adalah politikus yang melakoni sejati nya politik untuk rakyatnya.

Seduhan kopi dalam satu seruputan menjadi semadi untuk lebih produktif dalam berfikir.

Merekat kebersamaan dan mencari jalan terbaik dari berbagai persoalan.Menggali keikhlasan dari harapan yang kadang tak kunjung terwujud.

Hitamnya ampas kopi memberikan dampak sehat lainnya. Pahitnya kopi memicu. hadirnya semangat baru dalam mengarungi kehidupan dengan kebersamaan.

Tiga filosofi kopi yang berkaitan dengan Pancasila:

1. Kopi merupakan karya yang bernilai, dihasilkan dari sebuah proses yang panjang dan bukan instan. Begitu juga Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa di Nusantara dan memiliki nilai dasar kehidupan manusia yang diakui secara universal dan berlaku sepanjang zaman.

2. Kopi merupakan penyemangat, Pancasila adalah semangat persatuan dan kesatuan yang diaplikasikan dalam kehidupan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab di seluruh sektor kehidupan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3.Kopi merupakan pengikat rasa, Pancasila sebagai pemersatu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Bagaimana kita mengambil hikmah kehidupan dari perjalanan secangkir kopi.

Pancasila sebagai landasan dan pedoman hidup kita dalam berbangsa dan bernegara menghargai perbedaan, menghormati martabat manusia,cinta akan tanah air, mengambil keputusan dengan musyawarah dan mufakat,serta keadilan rakyat Indonesia adalah hal yang mutlak.

Dari kenikmatan kopi tidak mengenal batasan ras,suku,atau agama,sehingga dapat menjadi media yang menyatukan bangsa Indonesia sampai pada refleksi tentang hari kesaktian Pancasila, karena ideologi ini tidak mudah diganti dengan ideologi lain yang tidak berakar dari nilai luhur Bangsa indonesia.

Kita menyadari bahwa”Pancasila”tidak boleh dijadikan lip service atau amal dibibir aja,itu sebuah pengkhianatan pada diri sendiri.

Hari kesaktian Pancasila harus menjadi momen untuk kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa yang ada di Pancasila.

Dimana dasar negara ini tidak hanya dipelajari dan dimengerti saja, tetapi juga dapat diimplementasikan.

Pancasila harus ditanamkan dalam hati yang suci dan diamalkan dengan perbuatan dalam meningkatkan persatuan dibutuhkan adanya sosialisasi yang baik antar sesama dengan saling menghargai,bersikap adil,musyawarah dan menjujung tinggi demokrasi.

Dari perbincangan di kedai kopi kita belajar menguatkan toleransi dan demokrasi kita lebih bernilai, keadaban yang kita tampilkan dalam prilaku kehidupan sehari-hari dimasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semoga Pancasila kita tetap sakti di era digital.

 

Selamat Hari Kopi se-Dunia dan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober2024

– Penulis adalah pemerhati pendidikan Karakter bangsa dan Pendiri paguyuban Penggiat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(P4Kn).

Pos terkait